Seorang pria berusia empat puluhan, dengan mengenakan setelan jas dan duduk di kursi belakang sebuah mobil Mercedes benz?
Tidak mungkin anda berfikir bahwa ia adalah seorang supir, preman, penipu, dan lain sebagainya.
Pikiran kita, tanpa menyelidiki lebih lanjut langsung berkata bahwa ia seorang bisnisman, pengusaha sukses, kepala perusahaan, atau pejabat.
Tapi, siapa yang tahu berapa hutangnya? Apakah mobil itu sewa, atau kredit? Apakh dia pernah pusing secara financial?
Tidak satupun orang akan mengiranya dengan hal yang negative.
Tahukah anda? Banyak hal yang merupakan perspektif masyarakat pada umumnya yang diyakini kebenarannya. Padahal belm tentu benar.
Itulah yang dapat kita manfaatkan untuk menjual dengan cepat. Ya…
Perspektif
Pada saat saya berkata “siapa lagi yang mau beli?” pikiran orang adalah : sebelumnya sudah ada yang membeli…
Tapi siapa yang tahu kalau pembeli sebelumnya adalah saudara saya yang uangnya saya beri untuk sengaja membeli?
Itu bukan penipuan, dan tidak juga disebut sebagai kebohongan karena memang benar-benar ada yang membeli sebelumnya.
Pepsi menggunakan bintang iklan Michael Jackson, the King of Pop, tapi siapa yang tahu kalau si superstar tadi betul-betul rutin minum pepsi…atau semua orang juga tahu bahwa ia dibayar mahal untuk minum pepsi di depan public di shooting dan disajikan sedemikian rupa. Anyway, kita tetap saja terpengaruh.
Lihat saja iklan di tayangan televisi, begitu menariknya dan membujuk kita untuk membeli. Semua menggunakan hukum perspektif.
Tugas anda sekarang adalah menciptakan gambaran perspektif yang anda inginkan dengan menampilkan sebagian atau seluruh isi iklan anda dengan strategi yang tepat. Sehingga bayangan yang tercipta di benak konsumen betul-betul bisa mempengaruhi otaknya untuk bertindak membeli.
Salam Interpreneur INDONESIA
Abdul-latif | www.abdul-latif.com
0 komentar:
Posting Komentar