Kita sering
mendengar istilah yang berkata, “Manusia
berencana, Tuhan yang menentukan.” Namun
sesungguhnya yang terjadi tidak selalu seperti itu. Kalimat itu bisa dilihat
dari sudut pandang yang negatif, sehingga akhirnya kita pasrah saja dengan
keadaan. “Buat apa kerja keras dan merencanakan
kesuksesan, kalau Tuhan tidak menentukan saya menjadi orang yang berhasil?” Istilah tersebut bisa kita politisi untuk
menjadi pembenaran diri di saat kita gagal, “Tuhan tidak menghendaki saya berhasil. Saya
ditakdirkan untuk jadi orang miskin. Nasib saya memang jelek dan tidak mungkin
berubah karena Tuhan memang mentakdirkan saya seperti itu.” Jelas ini adalah cara pandang yang keliru.
Mari kita luruskan pandangan ini, sehingga kita tidak jadi orang yang mudah
cari-cari alasan atau bahkan mengkambinghitamkan Tuhan atas kegagalan kita.
TUHAN SELALU
MERENCANAKAN HAL-HAL YANG BAIK KEPADA KITA
Tuhan tidak pernah
merencanakan hal yang buruk kepada kita karena Dia adalah Allah yang Maha Baik.
Dia tidak pernah mentakdirkan kita menjadi orang yang susah terus, selalu
menderita, selalu berkurangan, sakit-sakitan, dst. Sebaliknya, Allah ingin agar
kita berhasil, mengalami kesejahteraan yang baik, hidup yang sehat dan
kehidupan yang bahagia. Jika kita berpikir bahwa nasib kita yang buruk adalah
takdir, kemiskinan kita adalah takdir, bahkan sakit dalam tubuh kita adalah
takdir, maka secara tidak langsung kita menuduh Tuhan sebagai “Dalang” di balik setiap penderitaan kita. Di dalam agama atau
keyakinan apapun kita semua selalu diajari bahwa Allah adalah Baik, mengapa
saya menderita? Kalau memang Tuhan merencanakan hal yang baik, mengapa saya
mengalami bencana alam?
TUHAN
MERENCANAKAN, MANUSIA MENENTUKAN
Kita yakin bahwa
Tuhan merencanakan hal yang baik kepada kita, meski demikian manusialah yang
akhirnya menentukan apakah rencana Allah yang baik itu bisa terjadi dalam hidup
kita atau tidak. Kalau Tuhan merencanakan hal yang baik, mengapa saya
sakit-sakitan? Karena kita memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Kalau Tuhan baik, mengapa ada bencana alam, banjir, dan tanah longsor?
Sesungguhnya bencana-bencana tersebut disebabkan oleh ulah manusia sendiri yang
tidak bisa menjaga kelestarian alam. Kita perlu tahu bahwa bencana alam adalah
salah satu cara alam menyesuaikan diri terhadap perlakuan manusia yang buruk
kepadanya. Kalau Tuhan baik, mengapa saya miskin? Tuhan tidak pernah
mentakdirkan kita jadi miskin, tapi kemalasan kitalah yang membuat kita miskin.
Tuhan tidak pernah menciptakan kita seperti robot, sehingga kendali kita ada di
tangan Tuhan 100%. Manusia diperlengkapi dengan akal budi untuk memutuskan
sendiri kehidupan macam apa yang dia inginkan. Demikian juga halnya kita di
bisnis DNI. Tuhan selalu merencanakan kesuksesan bagi kita di bisnis DNI, namun
terjadi atau tidak, kitalah yang menentukan. Kita diberikan pilihan-pilihan :
rajin atau malas dalam menjalankan DNI, tetap semangat atau putus asa ketika
ditolak, tetap konsisten atau berhenti saat gagal, tetap antusias atau loyo
saat jaringan kita ada yang rontok, dst. Pilihan kitalah yang akhirnya
menentukan keberhasilan kita.
NASIB KITA BUKAN
DITENTUKAN GARIS TANGAN, TAPI OLEH TANGAN KITA
Jangan terjebak
untuk berpikir bahwa ada orang yang ditakdirkan punya hoki besar (keberuntungan
besar) tapi ada orang yang selalu sial. Tidak ada masalah bahwa orang memiliki
garis tangan yang baik maupun yang buruk, mereka semua memiliki kesempatan yang
sama untuk meraih kesuksesan karena nasib kita bukan ditentukan garis tangan
tapi oleh tangan kita! Max Gunther, seorang peneliti AS, cukup penasaran soal
hoki dan apakah benar hoki ini berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang.
Gunther menyelidiki mengapa seseorang bisa menjadi sedemikian beruntung dan
mengapa seseorang bisa menjadi sedemikian sial atau malang. Hasil penelitian
tersebut dia tulis dalam bukunya yang berjudul “The Luck Factor”. Gunther menemukan bahwa orang yang dianggap
beruntung ini ternyata lebih rajin, lebih bersemangat, lebih sungguh-sungguh
bekerja, dan lebih berani dalam melangkah dibandingkan dengan mereka yang
dianggap tidak beruntung. Apa kesimpulan yang kita dapatkan? Ternyata dari
penelitian Gunther tersebut kita tahu bahwa hoki atau keberuntungan bukan soal
takdir atau garis tangan, namun hoki adalah masalah sikap. Sekali lagi hal ini
menunjukkan keadilan Tuhan bahwa Dia selalu merencanakan keberhasilan kepada
semua manusia, namun tinggal bagaimana manusia itu menjalaninya. Hendaklah
prinsip ini juga kita mengerti dalam kita menjalankan bisnis DNI. Para leader
DNI bisa mencapai sukses bukan karena mereka lebih hoki dibandingkan yang lain
atau mereka lebih dulu bergabung dibandingkan yang lain. Yang pasti itu karena
mereka semangat dalam menjalankan DNI, berani bayar harga lebih dibandingkan
member yang lain, tetap ulet dan tekun meski mengalami penolakan di sana-sini,
dst. Namun mengapa ada orang-orang yang berhasil meraih suskes sementara yang
lain rontok di tengah jalan? Sama seperti prinsip yang telah dibahas, DNI
berusaha untuk merencanakan yang terbaik bagi kesuksesan semua member, namun
akhirnya member DNI sendirilah yang menentukan apakah mereka sukses atau tidak.
Andalah yang menentukan berada di peringkat mana, dengan penghasilan berapa,
dengan jaringan sebesar apa, dengan reward-reward seperti apa. Kesimpulannya,
Anda semua memiliki peluang dan keberuntungan yang sama untuk meraih sukses.
Allah tidak pernah merancangkan hal-hal yang buruk bagi Anda. Allah
merancangkan kesuksesan kepada Anda, meski demikian Andalah sendiri yang
menentukan apakah rencana Allah itu bisa terwujud di dalam diri Anda atau
tidak. Jangan pernah mengkambinghitamkan Tuhan atas kegagalan yang kita alami
karena sesungguhnya hidup Anda ditentukan oleh Anda sendiri.
Go Freedom with
DNI.
Salam Sukses.
0 komentar:
Posting Komentar